Empat Tanda
Orang Yang Sholatnya Diterima
Mungkin ada yang
bertanya, ada orang yang rajin shalat, tapi mengapa shalatnya tidak mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar, mulutnya masih saja ceriwis kesana ke mari,
telpon sana telpon ke sini, sms-an ke sana kemari, bbm-an ke sana kemari, atau
juga menggunakan FB, Twitter dan media social lainnya, hanya untuk
menggunjingkan orang.
Orang ini berarti
tidak merasakan manfaatnya shalat dalam kehidupannya, dia tidak merasakan
kenikmatan dari shalat yang dilakukannya, maka besar kemungkinan shalatnya
belum diterima oleh Allah SWT, hal ini di sabdakan oleh Rosulullah SAW:
” Pada hari kiamat
nanti ada orang yang membawa shalatnya kepada Allah SWT. Kemudian dia
mempersembahkan shalatnya kepada Allah SWT. Lalu shalatnya dilipat-lipat seperti
dilipatnya pakaian yang kumal, kemudian dibantingkan ke wajahnya. Allah tidak
menerima shalatnya “
Banyak sekali orang
yang shalat dan shalatnya akan dibantingkan ke wajahnya, ditolak oleh Allah.
Bahkan ada yang yang celaka dengan shalatnya. Seperti yang terdapat dalam
firman Allah swt dalam surat Al Ma’un 4-5: ” Maka celakalah bagi orang-orang
yang shalat, yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya “.
Nah orang-orang yang
shalat saja masih bisa celaka, apa lagi yang tidak sholat, bahkan ketika Isra
Mi’Raj Nabi bertemu dengan kaum yang dipecahkan kepalanya sampai hancur,
siapakah mereka? Lalu apa tanda-tanda shalat yang diterima Allah SWT? Jawabanya
diberikan oleh Allah dalam hadist Qudsi .
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang merendahkan
dirinya-karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa napsu karena Aku, yang
mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, yang melazimkan
hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang
memberi makan pada orang yang lapar, yang memberi pakaian pada orang yang
telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan
perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar
seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan
berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku.
Aku akan suruh Malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera
menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi
permintaannya. Perumpaannya dihadapan-Ku seperti perumpamaan syurga Firdaus”.
Dari hadist qudsi yang
cukup panjang di atas di atas, dapat kita ketahui bahwa tanda orang yang
shalatnya diterima :
Pertama, merendah
diri. Para ulama mengatakan : “Kalau kita sudah berdiri di atas sajadah, sudah
mengangkat tangan untuk takbir, ketahuilah bahwa kita sudah meninggalkan dunia
ini, sudah meninggalkan Moskow atau Jakarta, sudah meninggalkan planet bumi ini,
sudah Mi’raj menghadap Allah SWT. Seperti Rosulullah saw, kita sudah berada di
Sidratul Muntaha”
Pada suatu hari orang
melihat Imam Ali Zainal Abidin sedang berwudhu dan wajahnya berubah menjadi
wajah yang pucat pasi. Tubuhnya gemetar. Ketika ditanya ” Wahai Imam. apa yang
terjadi?” Imam Ali Zainal Abidin menjawab: ” Engkau tidak mengetahui di hadapan
siapa sebentar lagi aku berdiri”.
Ketika berwudhu Imam
Ali Zainal Abidin menyadari sebentar lagi beliau akan berdiri dihadapan Robbul
Alamin, Penguasa alam semesta ini. Karena itu, pada waktu wudhunya saja beliau
sudah gemeteran, sudah ketakutan., karena sebentar lagi mengahadap Allah.
Kedua, menahan napsu.
Orang yang diterima shalatnya oleh Allah mampu mengendalikan hawa napsunya.
Pada hari kiamat nanti, Sabda Rosulullah: “ Ada orang yang diistimewakan Allah,
dilindungi khusus sebagai orang-orang penting pada hari kiamat. Salah satunya
adalah orang yang diajak kencan oleh seorang perempuan yang cantik, yang
mempunyai pangkat yang tinggi, tapi dia menolaknya, seraya berkata,” Aku takut
kepada Allah SWT ” Itulah contoh orang yang mampu mengendalikan hawa napsunya.
Ketiga, banyak
berdzikir. Tanda ketiga orang yang shalat diterima Allah SWT adalah banyak
berdzikir. Dalam Al Qur’an kita selain diperintahkan untuk banyak melakukan
amal sholeh, disuruh juga untuk beramal dengan sebaik-baiknya, hal ini
difirmankan Allah yang artinya : “Allah akan menguji kamu siapa yang paling
baik amalannya “.
Jadi Allah akan
menguji manusia, siapa yang paling baik amalannya (hasanu amalan) dan bukan
yang paling banyak amalannya (aksaru amalan). Lebih bagus lagi, manusia itu
banyak amalnya dan baik amalannya.
Keempat, solideritas
sosial pada sesama. Tanda yang lain dari orang yang shalatnya diterima adalah
suka berderma dengan memberikan makanan kepada orang yang lapar atau memberikan
pakaian pada orang yang tak punya, dia menyayangi orang yang terkena musibah
dan memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Disinilah realisasi
orang yang shalatnya diterima dan bila dikaitkan dengan negara kita yang sedang
krisis, solideritas sosial dari yang mampu kepada yang tak punya sangat
diperlukan.
Bila hal tersebut di
atas sudah dilakukan, maka dari wajah orang yang shalatnya diterima akan
memancarkan cahaya yang bersinar, cahaya yang menerangi kegelapan dan Allah
akan memberikan ilmu pada saat dia tidak tahu.
Dalam hadist yang lain
Rosulullah SAW menyebutkan bahwa salah satu cara mendekatikan diri kepada Allah
SWT ialah bersipat dermawan dan senang membantu orang lain, terutama pada orang
yang sedang kesulitan. Rosulullah bersabda : ” Orang yang dermawan dekat dengan
Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan syurga, sedangkan orang yang
bakhil atau pelit, jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka”
Orang Dermawan insya
Allah akan menemukan kenikmatan di dalam shalatnya, dia akan memperoleh
kenikmatan didalam shalatnya, karena dia dijaga oleh para Malaikat, diberi
cahaya dalam kegelapan dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah SWT masuk
kedalam hati sanubarinya.
Pada saat peperangan
di Jaman Rosulullah banyak morang yang Yahudi yang dihukum mati. Ketika seorang
tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat Jibril datang memberi tahu
Rosulullah, supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan bahwa orang
Yahudi yang satu ini suka memberikan makanan, manjamu tamu dan suka menolong
fakir miskin. Katika Rosulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu
bahwa dia dibebaskan.
Dia( Orang Yahudi)
bertanya : “Mengapa?”
Nabi menjawab ” Allah
baru saja memberitahukan padaku bahwa kamu suka membantu orang miskin, suka
menjamu tamu dan suka memikul beban orang lain” Orang yahudi itu bertanya
kembali ” Apakah Tuhanmu menyukai perilaku itu ?”
Nabi manjawab:” Betul,
Tuhanku menyukai hal itu”
Waktu itu juga orang
Yahudi itu memeluk Islam. Dia memeluk Islam karena sifat kedermawanannya
dicintai Allah SWT.
Orang yang suka
memberikan pertolongan, tidak mempersulit orang lain, tidak menahan hak orang
lain dan memudahkan urusan orang lain, Insya Allah akan memperoleh kenikmatan
dalam shalat, dan orang yang merasakan kenikmatan dalam shalat adalah salah
tanda bahwa shalatnya diterima.
Dan orang yang
shalatnya diterima Allah niscaya Allah menyintainya dan orang dicintai Allah
akan terbukalah baginya segala pintu langit dan bumi, terbukalah segala macam
dinding penghalang, terbukalah segala macam selubung kegelapan yang melanda
jiwanya.
Nur Allah masuk
kedalam hatinya, cahaya Allah masuk kedalam jiwanya, dan terbentuklah jiwa yang
mut’mainnah, jiwa yang tenang, jiwa yang ridho dan diridhoi olehNya. Jiwa yang
semacam ini tidak takut pada segala macam krisis yang melanda, tidak takut
kehilangan jabatan yang fana, tidak takut pada kedudukan yang nestapa, tidak
takut kekacauan duniawi, tidak takut hinaan, cacian, makian, ujian, cobaan dan
sebagainya, yang dia takuti cuma Allah, Allah dan Allah.
Bila dihati orang yang
shalatnya diterima hanya semata-semata Allah,maka tak ada lagi kesempatan untuk
membenci, mengunjingkan, iri, dengki dan hasud pada orang lain, bahkan memusuhi
setanpun dia tak sempat! Seperti yang dikatakan oleh wanita sufi Rabi’ah Al
Adiwiyah : ” Hatiku sudah penuh dengan Allah, tak ada tempat lagi untuk
memusuhi setan!”
Orang yang merasakan
nikmatnya shalat, tidak akan memusuhi, membenci dan mengutuk siapapun, karena
dia bukan pencipta dan pemberi rejeki kepada siapapun. Dia tidak sekali kali
meremehkan seseorang, karena dia mengetahui banyak kekasih Allah berasal dari
orang yang dianggap hina dina.
Orang yang merasakan
nikmatnya shalat, bila dia punya jabatan, jabatannya akan dipergunakan untuk
mendekati Allah, diajak bawahannya untuk mengabdi kepada Allah, karena dia
mengetahui jabatan itupun sebenarnya bukan miliknya, tapi amanat Allah yang
dititipkan kepadanya. Yang nantinya dimintai pertanggung jawaban dihadapan
Illahi Robbi.
Makanya ketika Umar
Bin Khattab dipilih menjabat khalifah, dia tidak menyebut ” Alhamdulillah” tapi
” Astagfirullah” dia mohon ampun kepada Allah, mengapa? karena yang terbayang
dimatanya- bukan kursi empuk dengan berbagai macam fasilitas yang diterimanya,
tapi amanat Allah, tanggung jawab kepada Allah itulah yang terbayang dalam
pikiranya, bisakah dia mengemban amanat yang dipikulkan kepadanya? Bisakah dia
berlaku adil kepada bawahannya?
Bila tidak, nerakalah
tempatnya dan pemimpin yang tidak adil, termasuk orang yang tidak dilihat oleh
Allah di akherat nanti, dan tidak mendapat ampunan Allah. Orang-orang yang
diperlakukan tidak adil akan mengadukan hal tersebut kepada Allah dan Allah
akan menjawabnya!
Inilah yang ditakutkan
oleh Umar bin Khatab sebagai pemimpin, bandingkan dengan pejabat-pejabat
sekarang, jauh sekali bedanya! Umar bin khattab adalah salah satu contoh orang
yang sudah merasakan nikmatnya shalat, bahkan dalam shalatpun dia suka
menangis, menangisi segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Sebelum mengakhiri
kajian singkat ini, mari kita bertanya pada diri kita sendiri, sudahkan kita
shalat dengan benar? Sudahkah sujud kita, rukuk kita, tuma’ninah kita benar?
Mari kita sempurnakan shalat kita dengan sebenar-benarnya, sehingga shalat kita
menjadi khusu’, insya Allah shalat yang penuh dengan kekhusu’an dan keikhlasan
akan diterima oleh Allah SWT. Amin.
Dan bagi yang belum
juga terpanggil hatinya untuk melakukan shalat, saya mengajak dan segala
kerendahan hati, marilah shalat, marilah mencapai kemenangan, hayya alashalat,
hayya alal falah. Mau kapan lagi? Usia semakin tua, umur semakin berkurang, apa
yang engkau cari wahai saudaraku? Masih tidak cukupkah rejeki yang engkau
terima dari Allah? Tidak cukupkah gaji yang engkau terima? Mengapa engkau
lupakan Allah?
Padahal Allah telah
begitu banyak memberi padamu dan Dia tidak mengaharapkan apa-apa darimu, lalu
mengapa engkau berpaling wahai saudaraku? Kalau pakai bahasa Nabi,
Ummati….ummati….ummati, ummatku… ummatku… ummatku. Shalat …..Shalat …..shalat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar