Minggu, 03 Juli 2016

Pemimpin Muslim Jelas Lebih Baik dari Pemimpin Kafir

Istilah Pemimpin Kafir yang Jujur Lebih Baik adalah Propagada Berbahaya
Rabu, 13 April 2016 - 10:07 WIB
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya warga Jakarta untuk berhati-hati dalam urusan memilih pemimpin
Istilah Pemimpin Kafir yang Jujur Lebih Baik adalah Propagada Berbahaya
Guru Besar IPB dan mantan Ketua Umum BAZNAS. Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin

Hidayatullah.com–Pemimpin Islam yang baik adalah fakta. Hal itu terbukti sejak zaman para sahabat Nabi dan bisa ditemui hingga sekarang di beberapa wilayah Nusantara.
Demikian ditegaskan oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Dr KH. Didin Hafidhuddin di Masjid al-Hijri II Bogor, Selasa (13/04/2016).
Menurut Kiai Didin, hal ini harus disampaikan ke masyarakat menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta dan untuk menepis anggapan bahwa tidak ada figur pemimpin Islam yang baik.
“Kalau pemimpin Islam berhasil itu fakta sedang pemimpin kafir berhasil itu pencitraan saja. Tidak ada itu,” ucap Kiai Didin sambil menyebut beberapa kepala daerah Muslim yang berhasil mengemban amanah mereka.
Di hadapan puluhan mahasiswa dan dosen UIKA, sebagai seorang Muslim, Kiai Didin mengaku kecewa atas propaganda sebagian media yang mengatakan lebih baik pilih pemimpin kafir yang jujur daripada pemimpin Muslim yang korupsi.
“Ini sudah keterlaluan. Siapa bilang pemimpin kafir itu jujur? Siapa bilang semua pemimpin Muslim itu tidak baik?”   tolak Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab Bogor dengan nada tanya.
Untuk itu Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya warga Jakarta untuk berhati-hati dalam urusan memilih pemimpin.
“Jadi ini bukan sekadar yang penting bukan Ahok lagi. Tapi harus jelas bahwa pemimpin kita itu pemimpin Muslim yang taat agama dan keluarganya baik,” lanjut Kiai Didin memberi arahan.
“Kalau salah maka dia jadi bumerang lagi yang makin melemahkan umat Islam,” imbau Ketua Dekan Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor tersebut.
Terakhir, Kiai Didin berharap kaum Muslimin bisa bersatu mengutamakan maslahat umat yang lebih besar daripada kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
“Mari terus mendukung perjuangan ini, setidaknya dengan doa-doa dari umat Islam. Semoga Jakarta secara khusus bisa dipimpin oleh pemimpin Muslim yang taat beragama,” tutup Kiai Didin.*/Masykur
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar


Hidayatullah.com–“Kiai Bahtiar Nasir pantas menangis memiliki gubernur seperti Ahok,” kata pengamat media Adian Husaini, dalam acara Ulasan Media di Radio Dakta 107 FM, Selasa (12/04/2016) pagi.
Seperti diberitakan sejumlah media, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku, dirinya menyimpan banyak jenis minuman di kulkas rumahnya, termasuk minuman keras.
Tetapi, katanya, itu bukan untuk diminum sendiri, melainkan untuk menjamu para tamu, termasuk tamu asing.  Hal itu disampaikan Ahok menanggapi ramainya berita yang menampilkan foto minuman keras di meja makan rumahnya pada jamuan makan malam dengan para tim pendukungnya, Jumat (08/04/2016) malam.
“Kamu mau wine, mau bir, mau sirup, mau jus, kulkas saya penuh. Jadi, Anda kalau mau bir, mau apa, silakan kalau datang bertamu di rumah saya,” kata pria yang biasa disapa Ahok ini di Balai Kota, Senin (10/4/2016) dikutip laman Kompas.
Beberapa hari sebelumnya, tentang saham Pemda DKI di perusahaan bir disinggungg Ahok. Ia mengatakan: “Kami punya saham, lanjut saja. Bir salahnya di mana sih? Ada enggak orang mati karena minum bir? Orang mati kan karena minum oplosan cap topi miring-lah, atau minum spiritus campur air kelapa. Saya kasih tahu, kalau kamu susah kencing, disuruh minum bir, lho,” kata Ahok.
Persisnya tentang pernyataan Ahok tersebut, Adian menyatakan, “Sepatutnya Ahok tahu diri dan punya perasaan, bahwa rakyatnya 80 persen Muslim. Pernyataan itu sangat sombong, angkuh, mentang-mentang sedang berkuasa,” kata Adian Selasa (12/04/2016) di acara Ulasan Media.
Adian juga menyatakan keyakinannya, bahwa para ulama di Jakarta semakin menjerit batinnya; mendengar dan menyimak pernyataan Ahok soal minuman keras seperti itu.
“Saya bisa memahami jika Kiai Bahtiar Nasir, Kiai Abdul Rosyid Abdullah Syafii, dan para ulama Jakarta lainnya menangis dan menjerit batinnya,” lanjut Adian.
Adian mengkritik logika Ahok.  “Memang minum bir tidak mati. Makan babi juga tidak mati. Makan duit korupsi juga tidak mati. Kenapa logika seperti ini yang dimainkan?”
Sepatutnya, saran Adian, Ahok tahu sopan santun. Tidak perlu menantang-nantang umat Islam dalam soal miras seperti itu.
Apalagi, lanjut Adian, pada saat yang sama, media massa memuat berita tentang Kebijakan Gubernur Papua yang melarang produksi dan peredaran miras di seluruh Papua.
Meskipun mayoritas rakyatnya beragama Kristen, Gubenur Papua memahami dampak buruk dari minuman keras, sehingga berani mengeluarkan kebijakan yang sangat tidak mudah tersebut.
Pada akhir ulasannya, Adian mengingatkan adanya hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, bahwa kalau umat Islam meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, maka mereka akan diberi pemimpin yang merupakan orang-orang yang paling jahat diantara mereka. Karena itu, kata Adian, umat Islam Jakarta khususnya, harus melakukan introspeksi serius, mengapa sampai diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala, memiliki gubenur DKI seperti itu.
Acara Ulasa Media adalah acara yang diisi Dr Adian Husaini mengudara setiap Hari Senin-Jumat di Dakta 107 FM.*/Yan, Bekasi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar