Istilah Pemimpin Kafir
yang Jujur Lebih Baik adalah Propagada Berbahaya
Rabu,
13 April 2016 - 10:07 WIB
Guru Besar Institut
Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya
warga Jakarta untuk berhati-hati dalam urusan memilih pemimpin

Guru Besar IPB dan mantan Ketua Umum BAZNAS.
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin
Hidayatullah.com–Pemimpin Islam yang baik adalah fakta. Hal itu
terbukti sejak zaman para sahabat Nabi dan bisa ditemui hingga sekarang di
beberapa wilayah Nusantara.
Demikian ditegaskan
oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Prof. Dr KH. Didin Hafidhuddin di Masjid al-Hijri II Bogor, Selasa
(13/04/2016).
Menurut Kiai Didin,
hal ini harus disampaikan ke masyarakat menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub)
DKI Jakarta dan untuk menepis anggapan bahwa tidak ada figur pemimpin Islam
yang baik.
“Kalau pemimpin Islam
berhasil itu fakta sedang pemimpin kafir berhasil itu pencitraan saja. Tidak
ada itu,” ucap Kiai Didin sambil menyebut beberapa kepala daerah Muslim yang
berhasil mengemban amanah mereka.
Di hadapan puluhan
mahasiswa dan dosen UIKA, sebagai seorang Muslim, Kiai Didin mengaku kecewa
atas propaganda sebagian media yang mengatakan lebih baik pilih pemimpin kafir
yang jujur daripada pemimpin Muslim yang korupsi.
“Ini sudah
keterlaluan. Siapa bilang pemimpin kafir itu jujur? Siapa bilang semua pemimpin
Muslim itu tidak baik?” tolak Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa
dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab Bogor dengan nada tanya.
Untuk itu Guru Besar
Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat,
khususnya warga Jakarta untuk berhati-hati dalam urusan memilih pemimpin.
“Jadi ini bukan
sekadar yang penting bukan Ahok lagi. Tapi harus jelas bahwa pemimpin
kita itu pemimpin Muslim yang taat agama dan keluarganya baik,” lanjut
Kiai Didin memberi arahan.
“Kalau salah maka dia
jadi bumerang lagi yang makin melemahkan umat Islam,” imbau Ketua Dekan
Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor tersebut.
Terakhir, Kiai Didin
berharap kaum Muslimin bisa bersatu mengutamakan maslahat umat yang lebih besar
daripada kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
“Mari terus mendukung
perjuangan ini, setidaknya dengan doa-doa dari umat Islam. Semoga Jakarta
secara khusus bisa dipimpin oleh pemimpin Muslim yang taat beragama,” tutup
Kiai Didin.*/Masykur
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Hidayatullah.com–“Kiai Bahtiar Nasir pantas
menangis memiliki gubernur seperti Ahok,” kata pengamat media Adian Husaini,
dalam acara Ulasan Media di Radio Dakta 107 FM, Selasa
(12/04/2016) pagi.
Seperti diberitakan sejumlah media, Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama mengaku, dirinya menyimpan banyak jenis minuman di kulkas
rumahnya, termasuk minuman keras.
Tetapi, katanya, itu bukan untuk diminum sendiri, melainkan
untuk menjamu para tamu, termasuk tamu asing. Hal itu disampaikan Ahok
menanggapi ramainya berita yang menampilkan foto minuman keras di meja makan
rumahnya pada jamuan makan malam dengan para tim pendukungnya, Jumat
(08/04/2016) malam.
“Kamu mau wine, mau bir, mau sirup,
mau jus, kulkas saya penuh. Jadi, Anda kalau mau bir, mau apa, silakan kalau
datang bertamu di rumah saya,” kata pria yang biasa disapa Ahok ini di Balai
Kota, Senin (10/4/2016) dikutip laman Kompas.
Beberapa hari sebelumnya, tentang saham Pemda DKI di perusahaan
bir disinggungg Ahok. Ia mengatakan: “Kami punya saham, lanjut saja. Bir
salahnya di mana sih? Ada enggak orang mati karena minum bir? Orang mati kan
karena minum oplosan cap topi miring-lah, atau minum spiritus campur air
kelapa. Saya kasih tahu, kalau kamu susah kencing, disuruh minum bir, lho,”
kata Ahok.
Persisnya tentang pernyataan Ahok tersebut, Adian menyatakan,
“Sepatutnya Ahok tahu diri dan punya perasaan, bahwa rakyatnya 80 persen
Muslim. Pernyataan itu sangat sombong, angkuh, mentang-mentang sedang
berkuasa,” kata Adian Selasa (12/04/2016) di acara Ulasan
Media.
Adian juga menyatakan keyakinannya, bahwa para ulama di Jakarta
semakin menjerit batinnya; mendengar dan menyimak pernyataan Ahok soal minuman
keras seperti itu.
“Saya bisa memahami jika Kiai Bahtiar Nasir, Kiai Abdul Rosyid
Abdullah Syafii, dan para ulama Jakarta lainnya menangis dan menjerit
batinnya,” lanjut Adian.
Adian mengkritik logika Ahok. “Memang minum bir tidak
mati. Makan babi juga tidak mati. Makan duit korupsi juga tidak mati. Kenapa
logika seperti ini yang dimainkan?”
Sepatutnya, saran Adian, Ahok tahu sopan santun. Tidak perlu
menantang-nantang umat Islam dalam soal miras seperti itu.
Apalagi, lanjut Adian, pada saat yang sama, media massa memuat
berita tentang Kebijakan Gubernur Papua yang melarang produksi dan peredaran
miras di seluruh Papua.
Meskipun mayoritas rakyatnya beragama Kristen, Gubenur Papua
memahami dampak buruk dari minuman keras, sehingga berani mengeluarkan
kebijakan yang sangat tidak mudah tersebut.
Pada akhir ulasannya, Adian mengingatkan adanya hadits Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam,
bahwa kalau umat Islam meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar,
maka mereka akan diberi pemimpin yang merupakan orang-orang yang paling jahat
diantara mereka. Karena itu, kata Adian, umat Islam Jakarta khususnya, harus
melakukan introspeksi serius, mengapa sampai diuji oleh Allah Subhanahu
Wata’ala, memiliki gubenur DKI seperti itu.
Acara Ulasa Media adalah acara yang diisi Dr Adian
Husaini mengudara setiap Hari Senin-Jumat di Dakta 107 FM.*/Yan, Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar